[Review] The Giver by Lois Lowry

Judul Asli: The Giver Judul Terjemahan: Sang Pemberi Penulis: Lois Lowry Penerbit: Gramedia Pustaka Utama Tahun Terbit: 2014 Tebal: 232 halaman Genre: Dystopia Rating: 4 dari 5

Judul Asli: The Giver
Judul Terjemahan: Sang Pemberi
Penulis: Lois Lowry
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2014
Tebal: 232 halaman
Genre: Dystopia
Rating: 4 dari 5

Awalnya, gw pikir buku ini mempunyai rasa yang sejenis dengan tulisan-tulisan Mitch Albom atau Paulo Coelho. Tapi ternyata beda sama sekali. Buku ini bergenre dystopia, yaitu fantasy cerita kehidupan di masa yang jauh akan datang.

Tokoh utamanya bernama Jonas, seorang bocah laki-laki yang berusia dua belas tahun. Sesuai dengan sinopsis di belakang bukunya, kehidupan Jonas ini memang sempurna. Semua itu karena adanya peraturan-peraturan yang dibikin oleh komite di komunitas tempat Jonas tinggal. Untuk bisa bekerja, lo akan dipilihkan pekerjaan. Untuk bisa menikah, lo akan dipilihkan pasangan. Oleh siapa? Ya, oleh si komite itu tadi.

Nah, semua anak yang berusia dua belas akan diputuskan oleh Tetua mereka kelak akan bekerja sebagai apa ketika sudah dewasa. Hal ini tentu mendebarkan buat semua anak, tak terkecuali Jonas. Namun, saat hari pengumuman itu tiba, ada yang janggal dengan Jonas. Namanya tidak dipanggil oleh Tetua. Tetapi ia telah terpilih menjadi seorang Penerima Ingatan. Sesuatu yang sangat istimewa. Sebuah pekerjaan yang mulia.

Dan di sinilah semua kebenaran terungkap. The Giver, Sang Pemberi, orang terpilih sebelum Jonas yang umurnya sudah sangat tua, akan memberikan ingatan-ingatan tentang kehidupan manusia berpuluh-puluh atau bahkan beribu-ribu tahun sebelumnya. Di komunitas, penduduk tidak mengenal warna, tidak mengenal apa arti cinta, tidak mengenal keluarga. Semua serba diatur sehingga terasa kaku. Ketika Jonas mengetahui bahwa kehidupan di komunitas tidak seperti seharusnya, tidak manusiawi, pikirannya mulai berontak.

Sanggupkah ia meneruskan tugasnya sebagai Penerima Ingatan?

***

Gw menutup buku ini dengan rasa amat puas, malah cenderung gak mau pisah. Sangat gak salah kalau buku ini masuk ke dalam list 1001 buku yang harus dibaca sebelum wafat. Untuk ukuran buku dystopia, buku ini relatif tipis. Tapi justru di situ sisi menariknya. Lois Lowry tidak bertele-tele sehingga membuat buku ini terasa berisi sekali. Memang sih, sebagai pembaca, gw jadi kurang bisa membayangkan lingkungan tempat Jonas tinggal secara detail, tapi ini bukan masalah besar.

Setiap membuka halaman demi halaman, gw hampir selalu tercengang. Kenapa? Nih ya bayangin aja. Kalau yang kita tahu, di kehidupan nyata sosok ibu kandung adalah sosok yang mulia dan tak ada duanya. Jasanya bahkan tak bisa dibayar oleh apa pun. Tapi di dunia Jonas, ada profesi Ibu Kandung yang dipercaya sebagai pekerjaan rendahan karena wanita yang berprofesi sebagai Ibu Kandung tersebut setelah 3 kali melahirkan anak, lalu akan beralih profesi menjadi buruh seumur hidupnya. Terbuang sekali kan?

Ini karena komite menginginkan generasi penerus komunitas akan menjadi bibit-bibit unggul yang membawa perubahan yang semakin baik bagi komunitas. Maka hanya perempuan-perempuan tertentu saja yang “kualitasnya baik” yang diperbolehkan melahirkan.

Bukan cuma itu saja. Peraturan-peraturan di komunitas Jonas ini sangat unik. Setiap unit keluarga hanya boleh punya satu anak laki-laki dan satu anak perempuan. Kalau ada yang melanggar, akan dipindahkan ke Tempat Lain. Nah, Tempat Lain yang dimaksud di sini gw jamin juga akan mencengangkan. Sebagian dari lo mungkin bakal berpikir bahwa “tempat lain” artinya “pindah ke komunitas lain”. TAPI TERNYATAAA…

JENG! JENG! JENG!

Temukan sendiri ya di dalam buku ini. Hahahaha!

Yang jelas gw bersyukur hidup di kehidupan gw yang sekarang. Di dunia Jonas, setiap kali lo minta maaf, orang lain harus menjawab dengan “aku menerima permintaan maafmu”. Capek gak tuh? Kalau di sini kan “gw minta maaf ya”. Balasannya, “iye”. So simple.

Selain dari segi cerita, gw juga suka dengan sampul The Giver ini. Gak seperti kaver buku dystopia pada umumnya yang cenderung dark dan berusaha untuk terlihat WAH. Buku ini, bersampul sangat unyu dan ceria.

Penerjemahannya juga smooth dan so far sih gak ada kata atau kalimat yang terasa mengganggu. Beberapa typo, ya ada. Tapi rasanya bukan masalah besar.

Gw berharap buku selanjutnya bisa lebih WOW dibandingkan buku pertamanya ini. Dan semoga penerbit tidak mengalami kendala yang berarti selama proses penerbitan dan membiarkan pembaca menunggunya terlalu lama. Aamiin…

Oh iya, lupa bilang, ini adalah buku tetralogi. Dan sorry to say cara penulis memotong buku satu ini lumayan ganggu karena endingnya jadi menggantung. Permasalahannya tidak tuntas. Bagi beberapa orang, hal ini akan menjadi pertimbangan orang ketika ingin membeli/ membaca. Overall, buku ini layak dapat 4 dari 5 bintang!

5 thoughts on “[Review] The Giver by Lois Lowry

  1. Wah buku baru lagi.. BTW ini bukan Mbak Selvi yg review yah?? maaf kalo salah.. cuma bahasanya beda aja rasanya, hehhehe

Leave a comment