Miss Pesimis

Miss Pesimis karya aliaZalea. Terbit pertama kali pada Januari 2010 oleh Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Tebal 272 halaman.  Rating: 3 of 5

Miss Pesimis karya aliaZalea. Terbit pertama kali pada Januari 2010 oleh Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Tebal 272 halaman.
Rating: 3 of 5

Ini adalah buku aliaZalea pertama yang aku baca. Sejauh ini aku suka dengan cara bercerita yang digunakan alia. Hanya, di buku ini aku kurang suka dengan topik yang diangkat, yaitu tentang cewek yang pesimis. Apa? Biasa saja kalian bilang? Hm, coba baca dulu deh supaya bisa menilai sendiri separah apa tingkat pesimis si tokoh utama.

Bercerita tentang seorang cewek berusia 30 tahun yang belum juga menikah. Baru lulus kuliah S2 di Amerika dan kerja di Indonesia. Nama cewek itu Diandra. Dia masih menyimpan perasaan terhadap Baron, teman masa SMPnya. Nah, Diandra ini sejak dulu beranggapan bahwa dia nggak layak bersanding dengan Baron, idola para gadis di sekolahnya. Akhirnya ia hanya bisa memendam perasaannya selama bertahun-tahun. Sampai ia kembali ke Jakarta, ia bertekad menemui Baron untuk mengetahui bagaimana kabarnya. Yah, namanya juga cinta pertama. Tak disangka, Baron ternyata sebentar lagi akan menikah dengan Olivia, teman Diandra juga. Makin pesimis lah Diandra.

Pada suatu reuni, Diandra dan Baron ngobrol. Dari obrolan itu, baron mengakui selama ini dia mencintai Diandra dan meminta Diandra untuk menikah dengannya. Diandra jelas bingung sebab kalau dia menerima lamaran Baron, itu sama saja dia menyakiti hati Olivia, teman mereka sekaligus tunangannya Baron. Tapi di satu sisi, Diandra cinta banget sama Baron.

Eits tapi tenang. Pembaca nggak akan dibiarkan berlama-lama menebak dengan siapa akhirnya Diandra jadian. Sebab ada tokoh laki-laki lain yang sejak awal mengisi hidup Diandra sejak ia bekerja di Jakarta. Namanya Ervin. Awalnya sih Ervin memainkan perannya sebagai sahabat Diandra dengan baik. Namun lama-lama, nggak bisa bohong, dia mulai jatuh cinta pada Diandra. Parahnya, Ervin ini ternyata sobatan sama Baron! Rumit ya konfliknya. Sayang saja alia tidak membuatnya sedemikian rumit. Baron dengan mudah akan kembali pada Olivia (Sumpah, aku kesal banget sama Baron. Nggak gentleman! Padahal aku berharap cintanya buat Diandra everlasting.) dan Diandra harus patah hati lagi untuk ke sekian kalinya.

Tanpa sengaja, Diandra pergi sebagai bentuk “pelarian” bersama Ervin untuk mengobati patah hati di Lembang. Di sinilah segala persoalan hidup Diandra yang sesungguhnya dimulai. Hal yang dia pikir hanya sekadar main-main rupanya membawa dampak besar bagi Diandra dan sekitarnya juga bagi saya yang membaca buku ini.

Diandra! Kamu bodoh!

Saya memaki Diandra dalam hati. Bagaimana enggak, di Lembang itu dia hamil. Hamilnya karena nggak sengaja, nggak terencana. Akhirnya dia memutuskan untuk menanggung kehamilannya sendiri tanpa memberi tahu si penghamil. YAILAH. Pokoknya part ini mengesalkan. Ya paham sih mungkin dia pengin menunjukkan ke orang sekitarnya bahwa ia mandiri. Sedangkan menurutku, pembaca, dia itu sok. Duh, nggak suka pokoknya sama Diandra. Terus ya kakaknya Diandra ini pas tahu Diandra hamil ya kok malah senang. Oke, mungkin senang karena hamil. Tapi mbok ya awalnya dimarahi dulu atau gimana. Seolah-olah hamil di luar nikah adalah sesuatu yang “oh-gapapa-lagipula-kamu-sudah-30-tahun-jadi-gapapa”. Ya blame me, mestinya aku bisa menerima bahwa namanya juga metropop, pasti akan ada hal-hal seperti ini. Hehehehe…

TAPI TETAP LAH.

Apalagi Diandra dididik di keluarga baik-baik yang menjunjung tinggi budaya timur. Lha kok iseng melampiaskan patah hati malah bikin anak. Hadeuh…

Terus pas ditanya alasannya kenapa dia nggak mau bilang sama si penghamil, katanya dia nggak yakin bahwa si penghamil itu cinta sama dia. Soalnya si penghamil kan playboy yang memang biasa tidur sama banyak cewek. YAILAH. Bodoh aja gitu di mataku. Niatnya iseng, eh kok sampai hamil. Nafsu amat sih. Emang nggak pakai kondom dulu?

Selebihnya, aku sih suka. Meskipun buku ini full of drama yang nggak-aku-banget. Tapi harus aku akui alia adalah penutur cerita yang baik. Oh, tentu saja dong Selvi, semua bukunya rata-rata best seller.

Aku sadar betul review ini mengandung banyak spoiler. Hanya karena aku bingung musti gimana lagi menyampaikan kekesalanku pada tokoh yang namanya Diandra ini. Urgh!

Terus judulnya juga kenapa bukan Miss Pessimist ya? Hm.