Waktu saya SD, ada cerita hantu mister gepeng yang katanya mati karena kegencet pintu kamar mandi. Lalu saat SMP ada gosip hantu di toilet siswi yang kerap meminjam sisir. Pas SMA, ada hantu perempuan yang katanya bunuh diri dengan cara terjun dari lantai 3 dan sekarang arwahnya masih gentayangan menghuni toilet perempuan lantai dua. Kisah-kisah urban legend, entah sadar atau tidak, selalu ada di sekitar kita. Kisah itu tak diketahui kebenarannya jika tak menyaksikannya sendiri. Lama kelamaan kisah itu terkesan makin seram saja karena kegemaran orang-orang yang suka melebih-lebihkan cerita guna menambah intensitas kengerian. Well, benar atau tidak, pastinya kisah tersebut menarik untuk didengarkan. Namun, ada orang-orang yang tak puas hanya dengan sekadar mendengar gosip belaka. Itulah yang membawa Nikki, Fara, Randy, dan Neil akhirnya membulatkan tekad untuk menelusuri misteri di sekolah mereka.
Semua berawal dari buku yang ditemukan Fara di perpustakaan. Buku itu adalah buku dengan tulisan bergaya kuno yang berisi petunjuk untuk sampai ke lantai keempat. Ya, gosipnya, di sekolah mereka yang hanya terdiri tiga lantai itu, ada “lantai tambahan” (ya ampun, bahkan mengetik review ini saja bikin saya keringat dingin). Konon, dengan mengikuti petunjuk yang ada di buku itu, seseorang bisa sampai ke lantai empat. Celakanya, orang yang pernah mencobanya, tak pernah berhasil kembali lagi, alias menghilang. Nikki, salah satu sahabat Fara yang aktif mengikuti klub mading, berminat menjadikan cerita tersebut sebagai bahan liputannya. Mereka berempat lalu sepakat untuk mencoba ritual seperti yang tertulis di buku kuno itu.
Selain itu, di lantai empat itu kabarnya ada penunggu yang bisa mengabulkan permintaan apapun. Lalu mereka teringat dengan kisah Maria, hantu sekolah, yang dikabarkan menghilang karena mencoba menuju lantai keempat. Apakah sebenarnya yang ada di lantai keempat itu dan apa motivasi Maria sehingga berani-beraninya mencari tahu lantai empat? Benarkah ia dulu merupakan korban bully dan berharap dapat menemui penunggu tua di lantai empat untuk meminta para siswa agar tak mengganggunya lagi?
***
Hmph.
Izinkan saya tarik napas sebentar ya. Untunglah saya menulis review ini di siang hari. Meskipun begitu, tetap saja rasanya ada yang mengawasi saat saya mencoba menulis review ini.
Rahasia Lantai Keempat (seterusnya akan saya singkat menjadi RLK) merupakan novel misteri, horor, thriller, whatever you name it, yang bergenre remaja. Awalnya saya pikir novel ini bercerita tentang alasan kenapa di mall-mall dan di gedung-gedung tak ada lantai 4, 14, dst. Hahaha. Konyol memang. Ternyata setelah dibaca, buku ini adalah petualangan menegangkan keempat sahabat yaitu Neil, Randy, Nikki, dan Fara yang disemangati oleh jiwa muda untuk menuntaskan rasa penasaran mereka.
Percaya deh, baru baca dua halaman pertama saja saya sudah merinding disko loh. Seolah penulis ingin meyakinkan pembaca “Ini horor betulan, embrace yourself!”. Jujur, saya gak expect bahwa cerita horor remaja akan sebegini menegangkannya atau saya yang tutup mata terhadap perkembangan penulis horor remaja? Wow, salut!
Setelah baca lima halaman, saya mulai merasa paranoid. Akhirnya saya memutuskan untuk sementara menutup bukunya. Saya pikir akan lebih baik jika saya membacanya di tengah keramaian dibandingkan dengan suasana sepi di kamar seorang diri. Oh, tidak, tidak. Thanks.
Pasalnya, selain narasinya yang ditulis detail sehingga hawa mistisnya sampai ke pembaca, buku ini juga disertai ilustrasi yang… ya ampun, sumpah deh, saya nyaris saja melempar buku ini ketika membuka halaman selanjutnya!!! Hasilnya, setiap ingin bergerak ke halaman selanjutnya, saya ngintip-ngintip dulu, takut ada penampakan atau apa. Hahaha parno gila!
Saya juga merasakan teror itu terasa mencekam karena gambaran sekolah yang ditulis mirip sekali dengan gambaran sekolah saya waktu SMA dulu. Sebuah gedung tua tiga lantai, dengan koridor gelap dan perpustakaan tua yang terpisah dari gedung utama. Memiliki bagian gedung barat dan timur. Hiiyy!
Selain suasana mencekam, karena ini cerita remaja, adalah formula wajib untuk menambahkan bumbu-bumbu romance dan persahabatan khas anak SMA. Meskipun begitu, hal ini tidak menurunkan intensitas kengeriannya. Yah, pokoknya porsinya pas dan gak bikin saya jadi malas baca.
Tapi sayang sekali, ketika saya masih penasaran dengan hantu-hantunya (loh?) buku ini ternyata sudah akan habis. Huaaa rasanya gak rela pisah sama keempat sahabat ini. Soalnya saya suka karakter keempatnya. Juga meskipun mereka gak kelihatan cupu atau manja, tetap ada sifat khas anak remaja (yaitu saat Nikki menyalahkan Farad an kecemburuan Nikki terhadap Fara) yang digambarkan. Jadi rasanya saya benar-benar baca cerita remaja. Bukan baca cerita remaja yang berkelakuan kayak orang dewasa.
Satu lagi, saya agak kurang sreg sama sampulnya. Ya, paham sih ini kan buku remaja, tapi saya rasa penerbit seharusnya bisa bikin sampul depan buku yang “lebih”. Sebab sangat disayangkan jika cerita sebagus ini tak menarik hati calon pembeli karena mereka keburu gak suka dengan sampulnya.
Saya harap Rettania terus membuat cerita remaja yang seperti ini. Capek ah sama penulis teenlit yang isinya drama dan mewek-mewek karena hal gak penting. 4 of 5 stars!
***
Nah, yang namanya Blog Tour pasti gak hanya sekadar baca review buku dong. Yap, benar. Rettania dan Bukune akan bagi-bagi hadiah buat kalian pengunjung setia blog AtasNamaBuku. Caranya:
1. Follow Twitter @rettaniea
2. Follow Twitter @Bukune dan @selebvi. (optional)
2. Follow blog ini via email. Button ada di sidebar ya.
3. Kuis berlangsung selama blog tour berlangsung. (25 Juni dibuka, 1 Juli ditutup). Pengumuman pemenang selambat-lambatnya pada tanggal 6 Juli 2015 (bisa jadi lebih cepat).
4. Hanya dipilih satu pemenang yang akan diundi. Pemenang akan dihubungi via Twitter. Apabila tak ada respons selama 1×24 jam, saya akan memilih pemenang baru. Pemenang yang sudah pernah memenangkan hadiah yang sama di blog lain, tentunya tak akan dipilih lagi ya.
5. Promosikan blog tour ini. Sifatnya opsional, tapi saya akan berterima kasih sekali jika Anda bersedia melakukannya.
Kalau sudah, coba jawab tantangan saya di bawah ini ya. Jangan lupa cantumkan username Twitter kalian.
“Tuliskan urban legend di sekolah (boleh pengalaman pribadi atau sekadar dengar-dengar gosip) dalam satu paragraf pendek. Tambahkan bumbu-bumbu supaya ceritamu menimbulkan efek horor.”
Jawaban ditulis di kolom komentar ya. Tak ada bagus, tak ada jelek. Semua komentar yang masuk akan diikutkan dalam undian. Good luck!